Cerita Anak, Dongeng, DIY

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]


Akhir nya selesai juga, PR ini! Kata Nia senang. Nia bersenandung gembira, lalu Nia membuka pintu rumah. Tunggu, aku ngapain ke luar rumah? Kata Nia. Tiba-tiba Nia menepuk jidat nya. Kenapa bisa lupa, aku kan ingin beli pulpen, Kata Nia. Aku ini memang anak yang pelupa, kata Nia. Sesampai nya di toko… Pak, tempat pulpen di mana sih? Kata Nia. Di ujung kiri sana, kata bapak itu. Nia berjalan menuju ujung kiri, lalu dia menemukan tempat pulpen. Dia melihat sebuah pulpen yang
berdebu, pulpen itu berwarna hijau gelap. Nia memandang pulpen itu dengan aneh, dia segera mencari pulpen lain, tapi tidak ada. Akhir nya Nia segera membawa pulpen it ke kasir. Pak, ada gak sih pulpen yang lain, pulpen ini sangat berdebu, kata Nia. Pulpen itu berdebu karena pulpen itu sudah lama tidak di beli, orang-orang tidak mau membeli itu, lagian itu tinggal di bersih kan, tidak ada pulpen lain cuman itu, kata bapak itu. Pantas saja orang lain membeli pulpen lain, ini sangat jelek, bahkan seperti nya ini tidak ada fungsi nya, kata Nia. Hei, jangan menilai barang dari penampilan nya, kau beruntung karena cuman tersisa pulpen itu, jangan menilai barang itu jelek karna penampilan nya banyak orang yang berpikiran seperti mu tapi mereka tidak tahu kebenaran nya, kata bapak itu menasehati Nia. Yasudah, aku beli pulpen ini, kata Nia. Anak pintar, kata bapak itu. Aku heran kenapa bapak itu bilang “Orang-orang tidak tahu kebenaran nya” memang, apa istimewa nya barang ini, kata Nia. Nia sibuk memperhatikan pulpen nya sampai dia tidak memperhatikan jalan. Eh, aku udah di jalan mana ya, Kata Nia. Nia lupa jalan ke rumah nya. Aduh bisa-bisa aku gak pernah pulang nih, aku sendiri lupa jalan rumah ku, aku hanya ingat rumah ku di cluster apa, kata Nia. Tiba-tiba pulpen Nia jatuh ke arah kiri. Nia berlari mengambil pulpen itu, saat Nia mengambil pulpen itu, di depan pulpen itu ada kantor pos. Nia sangat senang. Permisi pak polisi, mau tanya kalau ke cluster A ke arah mana ya, kata Nia. Lurus terus, sampai di depan rumah berwarna biru yang ada pohon cemara, lalu ke kanan, kata si pak polisi. Nia baru berjalan beberapa menit, namun, tadi si pak polisi ngomong apa ya? Biru, cemara, kanan, kata Nia mulai lupa. Aduh, percuma dong si pak polisi itu ngomong, kata Nia. Tiba-tiba pulpen itu jatuh lalu mengguling-guling di jalan yang licin. Aduh, kenapa tuh pulpen jatuh lagi sih, udah tahu jalan licin, jadi harus ngejar, kata Nia mulai berlari. Lalu pulpen itu akhir nya berhenti. Berhenti juga kamu, kata Nia. Pulpen itu jatuh di depan rumah berwarna biru yang ada pohon cemara juga. Jangan-jangan ini, di depan cluster ku? Kata Nia mulai ingat rumah berwarna biru dan pohon cemara. Sesampai nya di rumah… Apa betul, pulpen ini memang ada istimewa nya? Kata Nia. Ah, mana mungkin! Itu tadi cuman keberuntungan, kata Nia. Keesokan hari nya, di sekolah… Aduh, aku lupa bawa penghapus! Nia meminta pada teman kanan- kiri nya, namun mereka juga tidak punya penghapus. Bagaimana dong, kalau aku berjalan-jalan ke teman ku yang ada di ujung pasti guru itu marah, dan mengira aku ingin bermain, kata Nia. Tiba-tiba pulpen itu terlempar ke belakang meja Nia. Pulpen itu mendarat di meja teman nya yang di belakang Nia. Ada apa, kata teman nya itu. Ngak, cuman mau ambil, eh, boleh pinjam penghapus ngak, kata Nia melihat pulpen dan penghapus teman nya itu bersebelahan. Nih, tapi di kembali kan ya, kata teman nya. Iya, Iya, kata Nia gembira, dia langsung mengambil penghapus dan pulpen nya. Saat jam istirahat… Kenapa bawa nih pulpen ya, kata Nia melihat pulpen nya. Ah, biarin, lagian harus balik ke kelas lagi, kata Nia. Sesampai nya di kantin. Mia, ngapain kamu bawa pulpen jelek itu makan bareng kamu, nanti gak selera makan loh, kata teman nya mengejek pulpen nya. Jangan menilai barang dari penampilan nya, kata Nia mengikuti ceramah si bapak yang waktu itu di toko. Barang itu tidak ada fungsi nya tahu, cuman bikin uang habis, kata teman nya lagi. Memang kamu sudah pernah pakai pulpen ini, kalau belum jangan menghina yang aneh-aneh, kata Nia. Saat pulang sekolah… Apa betul ini pulpen istimewa? Dari kemarin saat aku terkena masalah, pulpen ini selalu membantu dengan cara menjatuhkan diri nya. Coba aku pura-pura lupa rumah ku, kata Nia. Nia berpura-pura lupa rumah nya, tapi, pulpen itu tak kunjung jatuh. Yang benar mana sih? Tanya ke bapak yang ada di toko di mana aku beli pulpen, kata Nia sambil berlari. Sesampai nya di toko… Pak, pulpen ini benar-benar istimewa, kata Nia. Bapak itu tersenyum lalu berkata, pulpen itu tidak akan terjatuh, kalau kau hanya pura-pura terkena masalah, kata Bapak itu. Lagi pula pulpen itu hanya membantu orang yang tidak menilai barang dari luar nya, dulu saat kau berkata pulpen itu jelek itu tidak berfungsi, tapi begitu kamu tidak peduli dengan penampilan nya dia mulai membantu, kata bapak itu. Begitu ya, kata Nia. Lalu dia langsung keluar dari toko itu. Nia tersenyum pada pulpen itu.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]