Akhir nya selesai juga, PR ini! Kata Nia senang. Nia
bersenandung gembira, lalu Nia membuka pintu rumah. Tunggu, aku ngapain ke luar
rumah? Kata Nia. Tiba-tiba Nia menepuk jidat nya. Kenapa bisa lupa, aku kan
ingin beli pulpen, Kata Nia. Aku ini memang anak yang pelupa, kata Nia.
Sesampai nya di toko… Pak, tempat pulpen di mana sih? Kata Nia. Di ujung kiri
sana, kata bapak itu. Nia berjalan menuju ujung kiri, lalu dia menemukan tempat
pulpen. Dia melihat sebuah pulpen yang
berdebu, pulpen itu berwarna hijau
gelap. Nia memandang pulpen itu dengan aneh, dia segera mencari pulpen lain,
tapi tidak ada. Akhir nya Nia segera membawa pulpen it ke kasir. Pak, ada gak
sih pulpen yang lain, pulpen ini sangat berdebu, kata Nia. Pulpen itu berdebu
karena pulpen itu sudah lama tidak di beli, orang-orang tidak mau membeli itu,
lagian itu tinggal di bersih kan, tidak ada pulpen lain cuman itu, kata bapak
itu. Pantas saja orang lain membeli pulpen lain, ini sangat jelek, bahkan
seperti nya ini tidak ada fungsi nya, kata Nia. Hei, jangan menilai barang dari
penampilan nya, kau beruntung karena cuman tersisa pulpen itu, jangan menilai
barang itu jelek karna penampilan nya banyak orang yang berpikiran seperti mu
tapi mereka tidak tahu kebenaran nya, kata bapak itu menasehati Nia. Yasudah,
aku beli pulpen ini, kata Nia. Anak pintar, kata bapak itu. Aku heran kenapa
bapak itu bilang “Orang-orang tidak tahu kebenaran nya” memang, apa istimewa
nya barang ini, kata Nia. Nia sibuk memperhatikan pulpen nya sampai dia tidak
memperhatikan jalan. Eh, aku udah di jalan mana ya, Kata Nia. Nia lupa jalan ke
rumah nya. Aduh bisa-bisa aku gak pernah pulang nih, aku sendiri lupa jalan
rumah ku, aku hanya ingat rumah ku di cluster apa, kata Nia. Tiba-tiba pulpen
Nia jatuh ke arah kiri. Nia berlari mengambil pulpen itu, saat Nia mengambil
pulpen itu, di depan pulpen itu ada kantor pos. Nia sangat senang. Permisi pak
polisi, mau tanya kalau ke cluster A ke arah mana ya, kata Nia. Lurus terus,
sampai di depan rumah berwarna biru yang ada pohon cemara, lalu ke kanan, kata
si pak polisi. Nia baru berjalan beberapa menit, namun, tadi si pak polisi
ngomong apa ya? Biru, cemara, kanan, kata Nia mulai lupa. Aduh, percuma dong si
pak polisi itu ngomong, kata Nia. Tiba-tiba pulpen itu jatuh lalu mengguling-guling
di jalan yang licin. Aduh, kenapa tuh pulpen jatuh lagi sih, udah tahu jalan
licin, jadi harus ngejar, kata Nia mulai berlari. Lalu pulpen itu akhir nya
berhenti. Berhenti juga kamu, kata Nia. Pulpen itu jatuh di depan rumah
berwarna biru yang ada pohon cemara juga. Jangan-jangan ini, di depan cluster
ku? Kata Nia mulai ingat rumah berwarna biru dan pohon cemara. Sesampai nya di
rumah… Apa betul, pulpen ini memang ada istimewa nya? Kata Nia. Ah, mana
mungkin! Itu tadi cuman keberuntungan, kata Nia. Keesokan hari nya, di sekolah…
Aduh, aku lupa bawa penghapus! Nia meminta pada teman kanan- kiri nya, namun
mereka juga tidak punya penghapus. Bagaimana dong, kalau aku berjalan-jalan ke
teman ku yang ada di ujung pasti guru itu marah, dan mengira aku ingin bermain,
kata Nia. Tiba-tiba pulpen itu terlempar ke belakang meja Nia. Pulpen itu
mendarat di meja teman nya yang di belakang Nia. Ada apa, kata teman nya itu.
Ngak, cuman mau ambil, eh, boleh pinjam penghapus ngak, kata Nia melihat pulpen
dan penghapus teman nya itu bersebelahan. Nih, tapi di kembali kan ya, kata
teman nya. Iya, Iya, kata Nia gembira, dia langsung mengambil penghapus dan
pulpen nya. Saat jam istirahat… Kenapa bawa nih pulpen ya, kata Nia melihat
pulpen nya. Ah, biarin, lagian harus balik ke kelas lagi, kata Nia. Sesampai
nya di kantin. Mia, ngapain kamu bawa pulpen jelek itu makan bareng kamu, nanti
gak selera makan loh, kata teman nya mengejek pulpen nya. Jangan menilai barang
dari penampilan nya, kata Nia mengikuti ceramah si bapak yang waktu itu di
toko. Barang itu tidak ada fungsi nya tahu, cuman bikin uang habis, kata teman
nya lagi. Memang kamu sudah pernah pakai pulpen ini, kalau belum jangan menghina
yang aneh-aneh, kata Nia. Saat pulang sekolah… Apa betul ini pulpen istimewa?
Dari kemarin saat aku terkena masalah, pulpen ini selalu membantu dengan cara
menjatuhkan diri nya. Coba aku pura-pura lupa rumah ku, kata Nia. Nia
berpura-pura lupa rumah nya, tapi, pulpen itu tak kunjung jatuh. Yang benar
mana sih? Tanya ke bapak yang ada di toko di mana aku beli pulpen, kata Nia
sambil berlari. Sesampai nya di toko… Pak, pulpen ini benar-benar istimewa,
kata Nia. Bapak itu tersenyum lalu berkata, pulpen itu tidak akan terjatuh,
kalau kau hanya pura-pura terkena masalah, kata Bapak itu. Lagi pula pulpen itu
hanya membantu orang yang tidak menilai barang dari luar nya, dulu saat kau
berkata pulpen itu jelek itu tidak berfungsi, tapi begitu kamu tidak peduli
dengan penampilan nya dia mulai membantu, kata bapak itu. Begitu ya, kata Nia.
Lalu dia langsung keluar dari toko itu. Nia tersenyum pada pulpen itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar