Di suatu desa yang jauh. Ada seorang anak perempuan bernama Bell yang hanya tinggal sendiri. Dia hanya tinggal bersama anjing nya. Setiap hari Bell bekerja sebagai pelayan di rumah seorang saudagar kaya. Bell selalu mengajak anjing nya bekerja. Tuan Bell sangat sayang pada anjing Bell. Sayang nya Bell tidak mau menjual nya, dan bahkan Max anjing Bell hanya ingin dengan Bell. Tuan nya tak marah dia hanya ingin bermain dengan Max. Bell tentu saja memperboleh kan nya. "Jaga lah anjing mu baik-baik" kata saudagar kaya itu pada Bell. "Tentu saja, tapi apa yang membuat anda sampai memberi tahu saya?" tanya Bell. "Jangan lah terkejut, aku sebenarnya bukan manusia biasa, aku adalah seorang penyihir. Tapi jangan takut pada ku. Anjing mu bukan anjing biasa. Dia bias berbicara pada waktu nya Dia anjing yang sangat langka" kata saudagar kaya itu sambal tersenyum. Suatu hari Bell ingin pergi ke hutan bersama Max untuk mencari kayu bakar. Bell pun mencari kayu bakar, tiba-tiba ada seorang penyihir jahat. "Hihihi, beri anjing mu atau tidak aku akan menjadi kan mu sebagai Budak ku. "Anjing itu adalah anjing langka, aku akan di puji oleh dewa langit, karna anjing itu adalah anjing dewa langit. Namun dia kabur karna tidak suka pada nya. Hanya satu penyihir yang tidak melakukan hal seperti ku. Diam-diam bel bersyukur karena saudagar itu bukan lah penyihir yang seperti penyihir jahat nya Tiba-tiba Max menggonggong sangat keras. "Baiklah jika kau menjawab pertanyaan ku" kata Max. Bell teringat ketika saudagar itu bicara pada nya. "Apa harta yang tidak punya kunci?" tanya Max. Penyihir itu bingung dan dia menyerah. "Haha tentu saja jawabanya telur" kata Max. Bell tertawa. "Sekarang kau kalah dan kami bebas" kata Bell senang. Terpaksa penyihir itu menelan kecewa. Ketika pulang Bell berterimakasih pada tuan nya. Tiba-tiba tuan nya bertanya pada Bell. Penyihir perempuan itu pun berkata pada Bell. "Sudah lama aku ingin punya anak, tetapi aku belum punya hingga sekarang. Suami ku pun sudah meninggal. Apakah kau mau menjadi anak ku. Bell tentu saja ingin. Sekarang Bell hidup bahagia. Tapi sikap nya tak pernah berubah. Dia tetap rajin dan baik. Bahkan Bell pun sekolah sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar